kuninganid.com
Berita

BIPP Cisanggarung Satu Windu Pantau Mata Air Kuningan untuk Jaga Ketersediaan Air Bersih

KUNINGAN – Barisan Incu Putu Pangauban Cisanggarung (BIPP) menegaskan komitmennya menjaga kelestarian lingkungan melalui pendataan dan pemantauan kondisi mata air di Kabupaten Kuningan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan air bersih tetap terjaga bagi seluruh wilayah.

 

Pembina BIPP Cisanggarung, Rana Suparman, mengungkapkan bahwa dalam satu windu terakhir pihaknya telah melakukan pengukuran di sejumlah titik mata air. Data yang dikumpulkan, menurutnya, dapat menjadi acuan pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan lingkungan.

 

“Dalam satu windu ini, kami telah melakukan langkah-langkah strategis, mengumpulkan data, dan melakukan pengukuran di titik-titik mata air. Data ini menjadi bahan yang dapat digunakan pemerintah daerah untuk memperbaiki situasi lingkungan,” kata Rana dalam kegiatan Hajat Ageung Sawindu BIPP Cisanggarung yang berlangsung di Gedung El-Zeroun, Mayang Catering, Senin (11/8).

 

Proses pengukuran kubikasi air, kata Rana, bukan pekerjaan mudah. Banyak faktor memengaruhi hasil, seperti perbedaan musim, debit air, hingga kondisi kawasan serapan. “Kami menghitung kapasitas setiap sumber air, memantau kawasan serapan, dan melihat apakah vegetasi di sana masih didominasi tumbuhan endemik atau tidak,” jelasnya.

 

Rana menambahkan, pemantauan ini bertujuan agar kondisi sumber air di Kuningan selalu terjaga. “Kami ingin ketika ditanya soal kondisi alam Kuningan, kami punya data lengkap. Ini bagian dari tanggung jawab kami terhadap lingkungan,” tegasnya.

 

Sementara itu, Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., yang hadir dalam kegiatan tersebut, memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya pendataan tersebut. “Pangauban Cisanggarung membuktikan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Data yang mereka kumpulkan sangat berharga untuk memastikan kelestarian sumber daya air di Kuningan,” ungkapnya.

 

Bupati Dian menyebut, pangauban dalam makna Sunda bukan sekadar wilayah secara fisik, tetapi juga rumah batin—tempat hidup, tumbuh, dan saling menjaga. “Ia adalah pagar yang melindungi bukan hanya tubuh kita, tapi juga jiwa kita. Dan di sini, Pangauban Cisanggarung telah membuktikan bahwa ngajaga lembur bukan hanya pekerjaan, melainkan ibadah sosial dan warisan leluhur,” lanjutnya.

 

Ia juga mengutip pepatah Sunda: Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang dirusak, lemah cai kudu dijaga. “Ajaran luhur inilah yang menjadi panggilan moral bagi kita untuk selalu ingat bahwa manusia selalu hidup berdampingan dengan alam, tidak boleh dirusak!” tegasnya.

 

Diketahui, BIPP berdiri sejak 2009 sebagai wadah kolektif komunitas antar-Pangauban, termasuk Cisanggarung, yang mengembangkan praksis Pantajala dalam pengelolaan wilayah berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS) secara berkelanjutan.

Related posts

Mutasi ASN Pemkab Kuningan Digelar Besok, Tapi Draft Sudah Bocor: Publik Soroti Kepemimpinan Bupati Dian

Editor1

Bupati Kuningan Ajak KNPI Jadi Mitra Strategis Pembangunan Daerah

Editor1

Agus Toyib Harapkan Penyelesaian TPP oleh Kepala Daerah Terpilih

Editor1

Leave a Comment