KUNINGAN – Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemdiktisaintek RI sukses dilaksanakan di Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan.
Program bertajuk “Pemberdayaan Ibu Tunggal dalam Rangka Meningkatkan Nilai Tambah Produk Pertanian melalui Ekonomi Sirkular” ini menyasar Komunitas Srikandi Gandasoli yang beranggotakan 20 ibu tunggal. Fokus utamanya adalah memanfaatkan hasil panen ubi jalar yang selama ini kurang termanfaatkan dan sering terbuang.
Ketua Tim Pelaksana, Nurul Siti Jahidah, M.E., menjelaskan, Gandasoli merupakan salah satu sentra penghasil ubi jalar terbesar di Kuningan dengan produksi 5.999 ton per tahun (BPS 2023). Namun, sebagian besar hasil panen tidak terserap industri karena dianggap tidak memenuhi standar ukuran maupun kualitas.
“Selama ini ubi jalar yang ditolak tengkulak hanya jadi pakan ternak atau bahkan terbuang percuma. Padahal, ini peluang besar untuk menerapkan ekonomi sirkular,” ungkap Nurul, Kamis (18/9).
Program dimulai dengan Focus Group Discussion (FGD) pada 4 Agustus 2025 bersama pemerintah desa, akademisi, dan komunitas lokal untuk merumuskan strategi optimalisasi potensi ubi jalar sekaligus penguatan kapasitas ibu tunggal.
Pada 14 Agustus, tim memberikan pelatihan pengolahan ubi jalar menjadi produk bernilai jual seperti kremesan dan mustofa ubi. Peserta diajarkan teknik sederhana namun praktis, serta dikenalkan keunggulan ubi jalar dibanding kentang.
“Harganya lebih murah, hanya 30 persen dari kentang, tapi tetap renyah dan gurih. Sangat cocok untuk usaha rumahan,” jelas Nurul.
Rangkaian dilanjutkan dengan pelatihan manajemen keuangan oleh Oktaviani Rita Puspasari, M.Si., Ak., CA. (4 September) dan pelatihan pemasaran digital oleh Neng Evi Kartika, MM. (11 September). Peserta juga mendapat materi legalitas usaha seperti NIB dan PIRT.
Sebagai bentuk dukungan, tim PKM menyerahkan paket alat produksi dari hibah DPPM Kemdiktisaintek, mulai dari mesin pengiris ubi, spinner peniris minyak, timbangan, mesin sealer, wajan kapasitas besar, hingga perlengkapan kemasan.
“Setiap anggota komunitas mendapat alat ini beserta bahan baku agar bisa langsung praktik produksi,” ujar Nurul.
Program ini disambut penuh antusias. Mimi Maryami (51) mengaku kini lebih bersemangat.
“Dulu ubi jalar yang tidak laku cuma untuk ternak. Sekarang bisa diolah jadi makanan enak dan dijual. Dengan alat yang diberikan, saya bisa langsung produksi,” tuturnya.
Peserta lain, Lilis (45), menambahkan bahwa pelatihan tidak hanya soal resep.
“Kami juga diajarkan cara mengelola uang usaha dan menjual produk lewat HP. Dengan kemasan bagus, ternyata kami bisa bersaing di pasar,” katanya.
Nurul menegaskan, program PKM bukan sekadar melatih keterampilan teknis, tetapi juga membangun kemandirian dan kepercayaan diri ibu tunggal.
“Dengan sedikit dukungan, mereka bisa mengubah ubi jalar yang tadinya terbuang menjadi sumber penghasilan. Gandasoli diharapkan menjadi contoh sukses penerapan ekonomi sirkular berbasis pertanian,” pungkasnya.

