KUNINGAN – Suasana haru dan kebanggaan mewarnai peringatan Hari Lahir Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) ke-16 yang digelar di Yayasan Hasan Mawardi, Desa Cihideunghilir, Kecamatan Cidahu, kemarin.
Peringatan tersebut diisi dengan kegiatan sosial berupa santunan bagi anak yatim dan dhuafa, sebagai wujud nyata semangat kepedulian sosial para pejuang kesejahteraan masyarakat.
Acara dihadiri Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., jajaran Forum Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (FTKSK) Kabupaten Kuningan, tokoh masyarakat, serta para pilar sosial lainnya.
Bagi para TKSK, momen ini bukan sekadar peringatan hari lahir, tetapi juga refleksi 16 tahun perjalanan pengabdian tanpa pamrih di tengah masyarakat.
Ketua FTKSK Kabupaten Kuningan, Nana Hendriana, menyampaikan bahwa sejak berdiri pada 9 Oktober 2009, TKSK hadir sebagai pelayan sosial di tingkat kecamatan dan terus bersinergi dengan pemerintah daerah serta pilar sosial lainnya.
“Kami ingin memastikan agar masyarakat benar-benar berdaya dan mandiri,” ujarnya.
Ia mencontohkan keberhasilan pendampingan Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) melalui Program Sorabi, yang telah membantu ratusan penerima manfaat agar tetap produktif.
“Dari 376 penerima manfaat, semuanya masih berjualan dan berusaha. Kami berharap ada pembinaan lanjutan agar mereka semakin disiplin mengelola keuangan,” kata Nana.
Nana juga berharap agar Pelayanan Sosial Kelurahan/Desa (Puskesos) bisa diperluas ke seluruh wilayah di Kabupaten Kuningan.
“Saat ini baru sekitar 50 desa yang memiliki Puskesos. Kalau bisa di setiap desa, layanan sosial akan lebih cepat, mudah, dan tepat sasaran,” tambahnya.
Sementara itu, Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh TKSK yang telah menjadi “pelita bagi masyarakat” di tengah keterbatasan.
“Wilujeng ulang tahun ka-16 kanggo sadayana TKSK. Kami bangga pada para pejuang sosial yang tetap konsisten meski dengan segala keterbatasan. Kalian adalah penerang di tengah arus individualisme dan hedonisme yang makin kuat,” ungkap Bupati dengan nada penuh haru.
Bupati menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari sisi fisik, tetapi juga dari tingkat kebahagiaan dan ketenangan batin masyarakat.
“Indikator kesejahteraan bukan hanya jalan dan gedung, tapi bagaimana rakyat merasa cukup, tenang, dan bahagia. Pembangunan sosial sejatinya adalah pembangunan manusia agar berdaya dan berbahagia,” ujarnya.
Ia menambahkan, penanganan masalah sosial harus dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
“Ketika tumbuh rasa empati dan gotong royong, persoalan sosial akan semakin ringan. Pilar sosial seperti TKSK, PSM, PKH, dan Tagana memiliki peran besar dalam menumbuhkan nilai itu,” kata Bupati.
Menutup sambutannya, Bupati Dian mengingatkan agar para tenaga sosial tidak mudah menyerah meski bekerja dengan fasilitas terbatas.
“Jangan pernah merasa kecil hanya karena sarana kurang. Dari keterbatasan justru lahir ketulusan dan cinta pada profesi. Bekerjalah dengan hati dan nurani, sebab sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain,” pesannya.
Acara ditutup dengan penyerahan santunan kepada anak yatim dan dhuafa, sebagai simbol nyata bahwa semangat pengabdian sosial masih menyala di Kabupaten Kuningan.

