KUNINGAN– Buruknya tata kelola air kembali menjadi sorotan utama pascalongsor yang terjadi jalur pendakian menuju lembah cilengkrang. Kepala Pelaksana BPBD Kuningan, Indra Bayu Permana, menyatakan bahwa pengelolaan air hujan yang tidak optimal dari kawasan atas tebing menjadi faktor krusial yang mempercepat terjadinya bencana.
“Air hujan yang mengalir tanpa kendali langsung ke tebing curam lebih dari 45 derajat, seperti di kawasan Arunika, menjadi pemicu longsor. Ini alarm keras bagi semua pihak,” tegas Indra usai melakukan kunjungan lapangan bersama anggota DPRD dari Komisi III dan IV, Senin (19/5).
Tim gabungan BPBD melakukan monitoring sekaligus evaluasi teknis di lapangan untuk merumuskan solusi konkret. Dalam jangka pendek, BPBD mengusulkan pengalihan aliran air agar tidak langsung menghantam tebing. Untuk jangka panjang, langkah-langkah strategis seperti pembangunan sumur resapan, perbaikan sistem drainase, serta reboisasi di zona rawan akan diprioritaskan.
“Persoalan ini harus menjadi perhatian semua pihak tanpa ada maksud tendensi apapun kepada pemilik lahan diatas, karena dikawasan tersebut ada tanah milik warga dan tanah milik taman nasional. Tata kelola air harus segera ditindak lanjuti sehingga air ini tidak langsung ke tebing,” tambah Indra.
BPBD bersama tim gabungan tengah merampungkan hasil monitoring dan evaluasi. Seluruh temuan akan dirangkum dalam laporan resmi, dan menjadi dasar perumusan kebijakan mitigasi jangka panjang.
“Kuncinya ada di tata kelola air yang terencana dan berkelanjutan, mudah-mudahan musibah ini yang terakhir,” pungkasnya.

