KUNINGAN— Satu tahun pertama masa pemerintahan pasangan Dian–Tuti menjadi periode penting untuk menguji konsolidasi kekuasaan dan janji-janji politik yang disampaikan selama masa kampanye. Namun, belakangan muncul tanda-tanda kekecewaan dari sebagian Relawan Dirahmati, kelompok yang sebelumnya menjadi motor utama pemenangan pasangan tersebut.
Kondisi ini dinilai sebagai sinyal awal melemahnya legitimasi sosial pemerintahan baru. Pengamat kebijakan publik sekaligus mantan tim sukses, Dadan Satyavadin, menilai bahwa relawan memiliki peran penting bukan hanya dalam memenangkan kontestasi politik, tetapi juga dalam menjaga keterhubungan antara rakyat dan pemimpinnya.
“Relawan adalah denyut nadi partisipasi. Ketika mereka kecewa, yang retak bukan sekadar hubungan politik, tetapi kepercayaan sosial yang menjadi dasar legitimasi pemerintahan,” ujar Dadan kepada awak media Sabtu (11/10/2025)
https://kuninganid.com/tiga-atlet-wushu-kuningan-lolos-ke-porprov-xv-jawa-barat-2026/
Menurutnya, kekecewaan yang muncul di kalangan relawan kerap disebabkan oleh perasaan ditinggalkan pasca kemenangan politik. Harapan akan kolaborasi dan partisipasi publik justru berganti menjadi jarak sosial yang melebar antara penguasa dan masyarakat.
“Machiavelli pernah mengingatkan, tidak ada yang lebih berbahaya daripada membiarkan mereka yang pernah membantu naik merasa dikhianati setelah kemenangan diraih,” ucap Dadan mengutip pemikir politik Italia tersebut.
Ia menambahkan, ketika relawan mulai menyuarakan kritik di ruang publik, hal itu menandakan komunikasi politik antara pemerintah dan basis pendukungnya mulai tersumbat. Akibatnya, ruang refleksi terhadap kebijakan tertutup, dan semangat birokrasi ikut terdampak.
Meski demikian, Dadan menilai situasi ini masih bisa menjadi momentum pembenahan. Pemerintahan yang cerdas, katanya, seharusnya tidak menanggapi kekecewaan dengan sikap defensif, melainkan dengan merangkul kembali para relawan.
“Relawan sejati tidak menuntut jabatan atau kekuasaan, mereka hanya ingin makna perjuangannya tetap hidup. Pemimpin yang bijak akan memahami bahwa kekuatan terbesar bukan pada kuasa, melainkan pada kemampuan mendengar,” ujarnya.
Dadan menutup pandangannya dengan refleksi: satu tahun pemerintahan memang belum cukup untuk menilai capaian secara utuh, namun sudah cukup untuk memperbaiki arah. Ia menegaskan, keberlanjutan pemerintahan tidak hanya bergantung pada kekuasaan politik, melainkan juga pada seberapa kuat kepercayaan rakyat menopangnya.(red)

